TUGAS 4
4.1. Manusia sebagai
individu selalu berada ditengah-tengah masyarakat, perilaku individu dalam
kelompok ataupun tindakan terhadap orang lain bisa positif atau sebaliknya
yaitu tindakan negatif diantaranya: menolong (helping), kerja sama (cooperation), kompetisi (competition), dan konflik (conlikct). Buatlah contoh
tindakan/perilaku individu yang mangandung makna tersebut diatas minimal
masing-masing tindakan satu contoh.
l CONTOH DARI MENOLONG (hleping)
Sikap menolong itu bisa terjadi di kehidupan sehari-hari
seperti tolong-menolong antar masyarakat.
Contohnya
:
Kehidupan manusia di seluruh pelosok alam ini tidak
dapat lari dari suasana dan keadaan yang berbeda-beda, iaitu ada yang kaya,
miskin, kuat dan lemah tubuh badan, ada yang sihat dan ada yang sakit, ada pula
yang tua dan ada pula yang masih muda, ada yang alim dan ada yang jahil.
Golongan-golongan ini sentiasa berhajat dan saling memerlukan antara satu sama
lain. Sebab itulah agama Islam amat menggalakkan setiap orang Islam sama ada
lelaki ataupun perempuan supaya memberi pertolongan kerana perbuatan itu
merupakan suatu kemuliaan yang amat penting dalam kehidupan harian, dan juga
setiap pekejaan. jadikanlah pertolongan itu sebagai satu sifat kebiasaan dalam
pergaulan. Oleh itu, berilah pertolongan-pertolongan yang diharuskan pada
syarak. Sesungguhnya Islam amat menggalakkan umatnya supaya memperbanyakkan
pertolongan terhadap amalan-amalan kebaikan yang memberi manfaat kedua-dua
belah pihak semasa hidup di dunia dan juga di akhirat nanti, seperti firman
Allah s.w.t.:
‘Tolong-menolonglah kamu dalam perkara
kebaikan dan ketaqwaan, dan jangan sekali-kali kamu memberi pertolongan di atas
perkara kejahatan dosa yang membawa kepada perseteruan, dan takut olehmu akan
Allah. Sesungguhnya Allah akan mengenakan seksaan yang amat dasyat’. (Surah
Al-Maidah: 2)
Apa yang menggembirakan kita hari ini ialah kebanyakan orang suka
bantu-membantu antara satu sama lain. Sebagai contoh kebanyakan kita yang
mempunyai kenderaan pacuan empat roda sering memberi pertolongan kepada mereka
yang berjalan kaki membawa bersama barang-barang keperluan yang berat dijinjing
saban hari. Bantuan yang dihulurkan ini dapat meringan dan menjaga kesihatan si
miskin untuk menyambung kehidupan di hari muka dan menjamin tanggungiawabnya terhadap
anak-anak yang masih kecil. Gambaran ini alangkah bahagia andainya keseluruhan
tanggungjawab sebagai amanah menjadi kenyataan tanpa kekeliruan dalam
masyarakat.
Hal ini amat perlu diambil perhatian bagi menjaga kepentingan asas, iaitu
keringanan yang membawa kepada kesihatan dalam pergaulan. Begitu juga ahli-ahli
ilmuan yang sentiasa memberi ilmu pengetahuan di masjid ataupun melalui ceramah
dan seminar, agar menjadi panduan dalam kehidupan yang lebih bermakna dan
bernilai serta diredhai Allah. Manakala orang yang mempunyai kelebihan rezeki
akan memberi pertolongan kepada anak-anak yatim dan orang miskin dengan memberi
sedekah, derma, hadiah seperti wang ringgit ataupun makanan dan pakaian yang
disumbangkan dari penghasilan harta mereka yang
melimpah ruah setiap masa. (Rujuk Al-Qurthubi, T.Tarikh. hlm. 2034-2035)
Begitulah hendaknya dalam kerukunan hidup di dunia, sentiasa memberi
pertolongan kepada yang memerlukan semoga Allah memberi pertolongan kepada
orang yang bersifat pemurah agar dia mendapat kelapangan di dunia dan akhirat.
Pertolongan beginilah yang dituntut oleh syariat Islam supaya hidup ummah
sentiasa terjamin dan kukuh melalui tolong-menolong serta mengeratkan
persaudaraan dan merapatkan silatulrahim yang disertai ganjaran pahala dari Allah
yang tidak terhingga.
Keadaan tolong-menolong dan kerjasama begini sentiasa dituntut supaya kebaikan
itu sedia terpancar dari keperibadian seorang muslim berdasarkan kata-kata imam
Malik:
‘Apabila seseorang insan itu tidak
memperlibatkan kebaikan pada dirinya maka orang ramai tidak mengakui kebaikan
padanya’.
Sumber : http://melayuboleh.8forum.net/t272-tolong-menolong
l CONTOH DARI KERJASAMA (cooperation)
Ada
beberapa sifat dari kerjasama dalam kehidupan individu seperti gotong-royong,
seperti :
saya
akan memberi contoh gotong-royong di perdesaan, Definisi Gotong Royong dan
perkembangannya di Desa Gotong royong dapat diartikan sebagai sesuatu sikap
ataupun kegiatan yang ditakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan
tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela
tanpa adanya imbalan. Sikap gotong royong ini telah melekat pada diri
masyarakat pedesaan dan merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang.
Sikap gotong-royong ini sangat berperan sekali untuk memperlancar pembangunan
yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat. Kegiatan gotong royong yang hidup,
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat desa selama ini, perlu diarahkan
dan dibina sedemikian rupa sehingga dapat menunjang pembangunan yang sedang
dilaksanakan. Gotong-royong dalam usaha meningkatkan produksi perlu digalakan
dan hasilnya digunakan untuk pembangunan desa. Permasalahan yang ada sekarang
ialah bagaimana cara memupuk kembali nilai-nilai gotong royong yang pernah
hidup dengan kuatnya pada kehidupan masyarakat. Walaupun tidak berarti kita
harus meampertahankan factor pendorong adanya gotong royong tersebut. Gotong
royong akan tetap hidup dikalangan masyarakat, tetapi berbeda latar belakangnya,
bentuk dan sifat dari gotong royong itu sendiri perbedaan ini biasanya
ditimbulkan oleh lingkungan masing-masing. Jadi sikap gotong royong dalam
masyarakat yang melaksanakan pembangunan mengalami perubahan berbarengan dengan
terjadinya perubahan-perubahan sosial yang berlangsung secara berkesinambungan
dengan hasil-hasil penemuan manusia itu sendiri. Sementara itu orang-orang desa
mulai menyadari dengan lebih mendalam akan perlunya kesempatan dan tata cara
berpikir baru, perencanaan terhadap kerjasama utau gotong royong untuk memecahkan
berbagai macam problema. Dengan itu mereka akan memperoleh pengalaman bahwa
dengan bergotong royong itu akan melakukan
hal-hal yang lebih banyak dan lebih efektif dari pada cara perseorangan.
Sumber : http://74.125.235.19/search?sclient=psy-ab&hl=en&biw=1366&bih=676&noj=1&source=hp&q=sikap+kerjasama+dalam+kehidupan+individu&oq=sikap+kerjasama+dalam+kehidupan+individu&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=758461l762026l0l764264l16l16l1l0l0l7l465l3297l1.5.7.1.1l15l0
l CONTOH DARI KONFLIK (conclick)
Definisi konflik
Ada
beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam
Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang
boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih
pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997:
437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung
dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996),
keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya,
jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka
konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku,
konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual,
interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik
ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan
stres.
5. Menurut Minnery (1985),
Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu
sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan.
6. Konflik dalam organisasi
sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan
adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins,
1993).
7. Konflik merupakan ekspresi
pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain
karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan
dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan,
diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger &
Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat
pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber –
sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak
yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
10.
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang
lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda
– beda (Devito, 1995:381)
Konflik Menurut Robbin
Robbin
(1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan
kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi
berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga
bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The
Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk,
sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan
dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan
suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan,
keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap
terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia
(The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap
sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi.
Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam
kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar
anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang
bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik
harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di
dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The
Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau
organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang
kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak
aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik
perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap
anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Konflik Menurut Stoner dan Freeman
Stoner
dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan
tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
1. Pandangan tradisional.
Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini
disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan
yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik
harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam
merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai
pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
2. Pandangan modern. Konflik
tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur
organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik
dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi
konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga
tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
Konflik Menurut Myers
Selain
pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan
dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
1. Dalam pandangan tradisional,
konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini
sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab
pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan
dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan
kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap
emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan
konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional,
konflik haruslah dihindari.
2. Pandangan kontemporer
mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang
tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang
menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana
menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan
merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di
dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan
harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut,
misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
Konflik
Menurut Peneliti Lainnya
1. Konflik terjadi karena
adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita
ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku
komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar
pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses
transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama
untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982:
234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan
secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang
mengekspresikan pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik tidak
selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak
yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara
dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang
mengandung amarah.
2. Konflik tidak selamanya
berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (Stewart &
Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana
pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak
selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di
balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa
bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di
masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila
sewaktu – waktu terjadi kembali.
Teori-teori konflik
Ada
tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori
konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik
Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik
James Scott, yaitu tentang Patron Klien.
Faktor penyebab konflik
ñ Perbedaan individu, yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap
manusia adalah individu yang unik.
Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
ñ Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian
yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik.
ñ Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab
itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai
kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus
dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu,
pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan
membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari
lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan
kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan
ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok
buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara
keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha
menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar
bidang serta volume usaha mereka.
ñ Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat.
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah
itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan
upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal
kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi
seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Jenis-jenis konflik
Menurut
Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi
4 macam :
ñ Konflik antara atau dalam peran
sosial
(intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi
(konflik peran (role))
ñ Konflik antara
kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
ñ Konflik kelompok
terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
ñ Koonflik antar satuan
nasional (kampanye, perang saudara)
ñ Konflik antar atau tidak
antar agama
ñ Konflik antar politik.
Akibat konflik
Hasil
dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
ñ meningkatkan solidaritas
sesama anggota kelompok (ingroup)
yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
ñ keretakan hubungan antar
kelompok yang bertikai.
ñ perubahan kepribadian pada
individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
ñ kerusakan harta benda dan
hilangnya jiwa manusia.
ñ dominasi bahkan penaklukan
salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para
pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan
pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
ñ Pengertian yang tinggi untuk
hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar
yang terbaik.
ñ Pengertian yang tinggi untuk
hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.
ñ Pengertian yang tinggi untuk
hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan
"kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
ñ Tiada pengertian untuk kedua
belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
Contoh konflik
ñ Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik
yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat
dalam konflik Israel dan Palestina.
ñ Konflik Katolik-Protestan di
Irlandia Utara memberikan contoh konflik
bersejarah lainnya.
ñ Banyak konflik yang terjadi
karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#Definisi_konflik
4.2. Dalam kehidupan masyarakat
selalu dijumpai keadaan yang sangat bervariasi dan dengan keadaan yang tidak
sama. Pada sisi lain setiap manusia mengidam-idamkan adanya kesamaan, dalam
agama mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai kesamaan derajat. Di badan
dunia pun menganggap bahwa manusia mempunyai hak yang dibawanya sejak lahir
yang melakat pada dirinya, terbukti adanya Universal
Declaration of Human Right.
Tugas
anda buat secara deskriptif pelapisan sosial yang ada pada masyarakat dan buat
pula apa yang dimaksud dengan kesamaan derajat pada setiap manusia serta
jelaskan dengan contoh dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
PENGERTIAN DARI
PELAPISAN SOSIAL
Masyarakat terbentuk dari
idividu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang
tentu akan membetuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya atau terjadinya kelompok sosial ini
maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau terbentuklah masyarakat yang
berstrata.
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang
di dasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil.
Sehubungan dengan ini, maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan
yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yag sama.
Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa
individu, seperti juga individu tidak dapat di bayangkan tanpa adanya
masyarakat.
Beberapa individu dan mayarakat adalah
komplementer dapat kita lihat dari kenyataan, bahwa :
Ø manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan
pribadinya.
Ø Individu mempengaruhi
masyarakat dan bahkan bisa menyebabkan perubahan besar masyarakatnya.
Setelah itu kita mengerti bahwa manusia
sebagai makhluk sosial yang selalu mengalami perubahan sosial, kita dapat
mempelajari apa yang di maksud dari Stratifikasi Sosial dan atau Pelapisan
Masyarakat.
Istilah Stratifikasi atau Stratification
berasal dari kata STRATA atau STRATUM yang berarti LAPISAN. Karena itu Social
Stratification sering di terjemahkan dengan Pelapisan Mayarakat. Sejumlah
individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran
masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.
Sumber :
e-book